Baca dan resapilah kisah di bawah ini.
============
Sepasang suami isteri,seperti pasangan lain di
kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah ketika keluar
bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah dia kerap dibiarkan
pembantunya yang
sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci.
Bermainlah dia berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya, ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat
sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan
tetapi karena lantai terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan.
Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya...
karena mobil itu
bewarna gelap,
coretannya tampak
jelas. Apa lagi
anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena macet ada perayaan
Thaipusam.
Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya
sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut
imajinasinya. Kejadian itu berlangsung
tanpa disadari si
pembantu rumah.
Petang itu, kedua orangtuanya pulang dan terkejut melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran itu,penuh coretan. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit,
"Kerjaan siapa ini?"
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar.
Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras
kepadanya, dia terus mengatakan
''Tak tahu... !" "kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata
"Ita yg
membuat itu abahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang
hilang kesabaran
mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak tahu apa-apa terlolong-lolong
kesakitan sekaligus
ketakutan.Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah
terbengong, tidak tahu harus
berbuat apa?. Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan
kemudian tangan kiri anaknya. Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong
anak kecil itu,
membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah
memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air
sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
terjerit-jerit menahan sakit saat luka2nya itu terkena air. Si
pembantu rumah
kemudian
menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu
rumah. Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah
mengadu. "Oleskan obat
saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan
anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk
anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Ita demam... " jawab pembantunya
ringkas.
"Kasih minum
panadol," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat
dilihat anaknya Ita
dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi
pintu kamar
pembantunya.
Masuk hari keempat,
pembantu rumah
memberitahukan
tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik"
kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Doktor mengarahkan rujuk ke rumah sakit
karena keadaannya
serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena luka yang terjadi sudah terlalu parah.
"Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan
nyawanya kedua
tangannya perlu
dipotong dari siku ke bawah" kata doktor. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar
kata-kata itu.
Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak.
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak gemetaran
menandatangani surat persetujuan
pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan,
ketika obat bius
yang suntikkan
habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga
heran melihat
kedua tangannya
berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat
mereka semua menangis.
Dalam siksaan
menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
"Abah.. Mama... Ita tidak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang
mama."katanya
sambil menahan sakit.
". . .ita juga sayang mbak narti. . ." katanya sambil
memandang wajah
pembantu rumah,
sekaligus membuat
gadis dari Surabaya itu
meraung histeris.
"Abah.. kembalikan
tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji tidak akan mengulanginya
lagi! Bagaimana
caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita
mau bermain nanti? Ita janji
tidak akan mencoret-coret mobil lagi," katanya
berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang
sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.
============